Cerita dari Bandung

Seperti janji saya di tulisan saya sebelumnya, saya tuliskan cerita saya kemarin seharian di Bandung. Minggu siang makan siang di sate kambing Pak Gino, di jalan Sunda Bandung (reviewnya pernah saya tulis di sini). Tempatnya sekarang sedikit berubah. Rupanya rumah makan ini sudah melakukan renovasi dengan menambah luas dari rumah makannya. Sudah lama juga saya tidak ke Bandung, kangen sama sate Pak Gino 😀 Makan siang kali ini benar-benar heboh, saya yang dari pagi belum ketemu nasi menghajar 2 piring nasi, 1 porsi tongseng kambing, dan 9 tusuk sate kambing (seporsi isi 10, yang 1 dimakan Sebastian karena saya kekenyangan..ha..ha..ha..).

Dari jalan Sunda saya dan 2 rekan (Sebastian & Boris) pergi ke Plaza Dago. Kami main biliar di Barcode. Barcode ini ada di lantai 3 & 5 gedung Plaza Dago. Katanya sih Barcode itu masih 1 manajemen dengan Hangout biliar (lihat tulisan saya sebelumnya). Kami main tidak sampai satu jam, saya ngantuk berat. Tadi malam saya baru tidur pukul 3 dini hari. Jam 8 pagi bangun dan berangkat ke kos saya dulu waktu kuliah. Kami pulang sekitar setengah 4. Sampai di kos, saya numpang tidur di kamar Sebastian…lumayan bisa tidur sampai jam 6. Bangun tidur ku terus makan :)). Saya dan rekan-rekan di kos lama pergi makan ayam kalasan Pringgodani di Dago. Ini tempat favorit saya sejak kecil (di Cirebon dulu awalnya rumah makan ini ada…pernah dibahas oleh Budy di sini.

Malamnya saya dijemput rekan saya Budy untuk pulang ke Jakarta. Saya meninggalkan Dago sekitar pukul 9 lebih. Kami berdua mampir di Paris Van Java (mall baru di jalan Sukajadi). Niatnya bukan jalan-jalan tapi mencoba tempat biliar yang dimiliki oleh Blitz Megaplex. Budy bilang tempat ini mejanya bagus, lakennya super licin. Macet jalan menuju PVJ, parkiran pun penuh, padat juga dengan orang-orang yang akan keluar meninggalkan PVJ. Saat kami datang ke tempat biliar tadi (lantai 3 Blitz Megaplex Paris Van Java), tempat ini sudah mau tutup :(( . Tempatnya sudah sepi, tinggal beberapa pegawai yang sedang beres-beres. Entah pakai trik apa, Budy berhasil memaksa mereka mengijinkan kami main selama setengah jam saja (tetap bayar tarif normal Rp25000/jam. Mejanya memang benar-benar enak untuk main. Sayang waktu terbatas dan bermain di bawah “penantian” para pegawai membuat kami jadi buru-buru dan jadi banyak melakukan kesalahan. Kelemahan tempat biliar ini adalah lantainya yang tidak dilapisi karpet sehingga terasa licin. Kelemahan kedua adalah tata letak kursi yang terlalu mepet, sehingga kadang orang yang sedang bermain biliar harus mengusir orang yang duduk di posisi tertentu saat akan memukul bola.

Kami meninggalkan Paris Van Java jam 22.40. Putar-putar cari makan dulu sebelum balik ke Jakarta, tadinya mau makan sate Blora tapi tutup. Mau makan sate ayam di jalan Pandu, juga tidak jualan. Hmm…jadi makan Perkedel Bondon di Stasion. Enaknya malam seperti itu makan perkedel kentang hangat-hangat. Selesai makan cabut deh ke Jakarta. Pukul 11.50 kami masuk gerbang tol Pasteur, sampai di rumah pukul 1.20. Langsung tidur. Haiya tetap saja saya kesiangan jadinya tadi pagi :))

4 thoughts on “Cerita dari Bandung

  1. Urgent: Bisa mohon hubungi saya alamat email dan tinggalkan contact number. Mau bertanya lebih dalam mengenai pengalamnnya mengenai warung steak. Thanks banget ya!

  2. Urgent: Bisa mohon hubungi saya alamat email dan tinggalkan contact number. Mau bertanya lebih dalam mengenai pengalamnnya mengenai bilyard. Thanks banget ya!

    iikutan ah nanya…

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.