Standby Surabaya (part 2) – Hotel Singgasana Surabaya

Sore tadi saya tiba di bandara Juanda Surabaya pukul 14.30. Lama menunggu bagasi saya keluar membuat saya baru meninggalkan bandara pukul 3 lebih 5 menit. Dari bandara saya naik taksi menuju hotel Singgasana yang ada di Jalan Gunung Sari. Surabaya sore ini cuacanya benar-benar cerah, cenderung terik malah. Saya sudah dipesankan hotel selama 11 hari ke depan. Hotel Singgasana ini masih 1 grup dengan hotel Singgasana Makassar. Tapi hotel Singgasana Surabaya ini konsepnya berbeda dengan yang ada di Makassar. Di Surabaya, hotel Singgasana berkonsep back to nature. Nuansanya kok jadi seperti di hotel Safari Garden Puncakeh tapi hotel ini menurut saya lebih bagus daripada Safari Garden.

Lobi hotel ini luas dengan nuansa budaya Jawa yang kuat. Seperangkat gamelan diletakan di dekat meja resepsionis, entah cuma pajangan atau sesekali dipakai untuk bermusik. Konsep budaya Jawa lainnya yang nampak adalah ukiran-ukiran di atap, oh ya atapnya bebentuk joglo dengan kayu-kayu kerangka atap yang dibiarkan terlihat. Lobi hotel Singgasana ini hampir seluruhnya bernuansa coklat karena banyak penggunaan kayu, mulai dari kerangka atap, kayu pelapis tembok (eh atau memang tidak ada temboknya ya 😀 ). First short impression for me : nice & comfort hotel.

Selesai check-in saya langsung diantar oleh bellboy ke kamar. Kamar-kamar hotel ini dibangun dengan konsep bungalow/cottage dikelilingi taman yang kelihatan menghijau di mana-mana. Di tengah-tengah taman ada kolam renang yang kelihatannya cukup besar. Karena saya tidak bisa berenang, fasilitas kolam renang tersebut tidak menarik perhatian saya 😀 Karena semua kamar berada di lantai 1 (sepertinya tidak ada kamar berlantai 2), dapat dipastikan hotel ini menempati lahan yang cukup luas. Jarak dari lobi menuju kamar saya cukup jauh. Mungkin karena nuansa hijau, campur gemericik air dari air mancur buatan membuat saya tidak terlalu mempermasalahkan jarak yang cukup jauh dari lobi ke kamar. Tiap bangunan terdiri atas 4 kamar terpisah. Kalau dilihat dari jauh, tiap bangunan seolah-oleh memiliki atap sendiri-sendiri.

Masuk ke kamar saya cukup puas melihat sepintas kondisi kamar. Seolah-olah ada ruangan lain di dalam kamar. Begitu masuk kamar, di sebelah kanan ada kusen pintu (tidak ada daun pintunya) saya pikir itu adalah kamar mandinya. Ternyata kalau kita masuk situ ada pintu kamar mandi. Nah ruangan di antara kusen tak berpintu dan pintu kamar mandi, diletakan wastafel. Itu sepintas tentang ruangan di sisi kanan. Dari pintu utama kamar, kalau kita bergerak lurus baru ada ruangan utama kamar. Ruangan itu juga seolah-oleh berpintu lagi, padahal cuma kusen doank. Nah di dalamnya lantainya berlapis parket (lapisan kayu). Beda dengan ruangan wastafel dan kamar mandi yang menggunakan keramik. Ruangan kamar terlihat luas, ada 4 barang yang mendominasi ruangan : sebuah kursi malas dari rotan plus meja bundar kecil, meja tulis plus kursi rotan juga, rak tv, dan tentu saja spring bed-nya. Di tengah ruangan diletakan sebuah permadani (permadani atau sajadah ya…tapi kalau sajadah kok gede banget). Jendela kamarnya besar-besar, langsung menghadap ke taman. Cahaya matahari sore tadi masuk lewat jendela-jendela tadi. Susah juga mendeskripsikan kamarnya, lihat komiknya saja ya :

Di hotel ini ada fasilitas internet. Tiap hari tamu bisa memperoleh voucher internet gratis selama 1 jam. Kalau ingin berinternet lebih lama, kita bisa membeli voucher internet seharga Rp30.000,-/2 jam. Jangkauan sinyal wifi cukup kuat di kamar saya, walupun katanya sinyal paling bagus di lobi dan di dekat kolam renang. Televisnya pun dilengkapi dengan siaran tv kabel yang lengkap. Tidak seperti di hotel Singgasana Makassar, minibar kamar ini lengkap isinya 🙂

Kelemahan yang saya rasa ada di kamar mandinya. Selang shower air pendek sekali, tidak bisa digantungkan di atas (padahal di atas ada gantungan shower). Jadi kalau mandi mau tidak mau 1 tangan harus memegang shower-nya. Kelemahan lain letak hotel Singgasana cukup jauh dari pusat kota Surabaya. Ah kalau ini sih tidak terlalu menjadi soal buat saya, toh bisa telepon pesan taksi. Oh ya…di hotel ini juga ada pangkalan taksi Blue Bird jadi tidak usah telepon, tinggal minta dipanggilkan saja oleh door man di lobi.

Hmm..overall saya bisa bilang hotel ini nyaman, highly recommended. Soal makan di hotel ini akan saya bahas dalam tulisan terpisah.

7 thoughts on “Standby Surabaya (part 2) – Hotel Singgasana Surabaya

  1. Hotel ini kayaknya yang paling bagus (dari sisi fisiknya), bisa ditanyakan berapa ratenya? Siapa tau pas mau liburan ke sana harganya pas :). Have a long holiday bro.

  2. Pingback: Blognya Tedy Tirtawidjaja » Surabaya (part 7) - Menu Hotel Singgasana Surabaya

  3. Wah, hotel Singgasana ini dulu waktu jaman saya SMA masih bernama Patra Hilton lho.. Sejak tahun berapa saya lupa, baru beberapa tahun ini kok, diambil alih ama grup lain dan jadi Hotel Singgasana… ^^

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.