Solo (part 4) – Bersepeda

Mampir sebentar di Solo 2 hari lalu saya mengamati fenomena bersepeda di sana. Yang pertama saya lihat adalah rombongan pelajar bersepeda saya jumpai di sekitar Jalan Adisucipto Surakarta. Perjalanan dari dan ke bandara, saya selalu berpapasan dengan pengendara sepeda. Tidak sedikit mereka yang bersepeda adalah anak-anak sekolah. Karena saya melintas sekitar pukul 1 siang, mereka pastinya baru pulang dari sekolah. Tidak cuma anak sekolah, banyak juga saya lihat ibu-ibu bersepeda, para karyawan bersepeda. Di taksi sewaktu menuju airport Rabu siang, saya berhasil memotret beberapa anak sekolah yang di bawah gerimis kecil mengayuh sepeda pulang dari sekolah.

Sepeda yang mereka gunakan juga berbagai macam, ada yang bertahan dengan sepeda kumbang (foto kanan), ada juga yang bersepeda dengan sepeda gunung (foto kiri). Mungkin harus dicari tahu apakah di Solo toko sepeda masih punya pasar yang cukup besar, mengingat masih banyak yang bersepeda di Solo. Hal yang unik bagi saya untuk mengamati mengapa di Solo masih banyak orang yang bersepeda di tengah jalan raya. Situasi kota Solo yang tenang dan tidak terlalu padat lalu lintasnya mungkin salah satu alasan mengapa orang masih gemar bersepeda ke sana ke mari. Tentu semuanya itu terlepas dari pikiran negatif kalau mereka cuma punya sepeda sebagai alat transportasi. Lalu lintas dan kota yang cukup tenang boleh jadi menjadi tempat yang menyenangkan untuk bersepeda. Di Yogyakarta saja yang katanya berpredikat kota pelajar, motor sudah jadi alat transportasi umum yang memenuhi kota. Jangan-jangan budaya bersepeda ini ada korelasinya dengan budaya orang Jawa yang “alon-alon asal kelakon”, pelan-pelan asal sampai (ah sok berfilosofi lu Ted :-p )

Di Jakarta belum tentu tiap hari kita bisa melihat orang bersepeda di tengah jalan protokol ibukota. Eh mungkin kalau melintas pagi-pagi di Sudirman masih bisa melihat rombongan Bike To Work. Bike To Work adalah kumpulan orang-orang yang senang bersepeda dari rumah menuju kantor. Jangan bayangkan kalau jarak rumah dan sepeda hanya dekat saja, salah satu rekan saya di kantor bersepeda dari Cibubur menuju Sudirman beberapa kali seminggu….terbayang gak sih jauhnya? Naik sepeda di jalan-jalan besar Jakarta mungkin bisa jadi sebuah aktivitas yang menguras adrenalin. Bayangkan saja bagaimana pengendara sepeda harus bersaing dengan ramainya kendaraan bermotor mulai dari bajaj, motor, mobil, bahkan kontainer. Lain kota lain juga memang motivasi orang bersepeda. Di Jakarta mungkin orang akan gembar-gembor soal mengurangi polusi udara dengan cara bersepeda ke kantor, atau bersepeda supaya sehat. Di Solo mungkin lain lagi motivasinya atau boleh jadi memang tanpa motivasi apapun saking terbiasanya bersepeda ke mana-mana.

**** woi buruan mandi terus berangkat kerja, jam 9 nih belum berangkat malah posting gak jelas soal naik sepeda :D….eh naik apa ya nanti ke kantor? sepeda, ojek atau taksi saja? ;)) ****

3 thoughts on “Solo (part 4) – Bersepeda

  1. memang perlu untuk pelajar, bersepeda, jadi harus membiasakan diri berolahraga, ayah saya pernah cerita ketika dulu selalu bersepeda ke sekolah yang berjarak hampir 40 km dari rumahnya, dan itu dilakukan enam hari dalam seminggu, huebattt.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.