Soal Telepon Umum

Foto di samping ini diambil 3 hari yang lalu di depan kos saya. Waktu itu sekitar jam setengah 10 pagi, saya belum berangkat kantor :-p saat itu saya sedang menunggu taksi. Taksi tak kunjung datang, ada pegawai Telkom yang datang mengambil koin dari dalam telepon umum koin. Setelah memeriksa telepon umumnya sepertinya dia juga melakukan pengecekan apakah telepon dalam kondisi prima.

Si petugas juga membawa serenteng kunci (banyak sekali), mungkin dia memang bertugas memeriksa puluhan telepon umum di Jakarta Barat. Yah memang di depan kos saya ada sebuah telepon umum koin yang masih berfungsi. Masih ada juga loh yang menggunakan telepon umum itu. Salah satunya adalah pembantu kos saya yang sok cantik & doyan cekikikan (**pengen ngelempar botol rasanya**)

Saya sendiri sudah 2 tahun tinggal di situ belum pernah sekalipun mencoba menelepon menggunakan telepon umum itu. Sekali-kali nanti saya harus coba sebelum telepon umumnya rusak dan punah ๐Ÿ™‚

Saya juga sudah lupa kapan terakhir menelepon menggunakan telepon umum koin. Cuma saya masih ingat sekali dulu waktu kecil sering ikut mamah saya menelepon di telepon umum. Hmm berarti itu jaman sebelum tahun 1995, karena saya ingat rumah saya dipasangi telepon waktu saya kelas 5 SD. Entah apakah sekarang telepon umum yang dulu sering dipakai mamah saya itu masih ada atau tidak. Telepon umumnya masih seperti akuarium, ditempatkan di sebuah ruangan dari kaca. Ya jelas sekali saya ingat telepon umum yang ada di Jalan Yos Sudarso Cirebon itu salah satunya ada di dekat Kantor Pos Besar Cirebon.

Dulu sebelum era ponsel, saya perhatikan wartel lah yang mula-mula menggeser eksistensi telepon umum koin. Di mana-mana kita gampang menemukan wartel (warung telekomunikasi), dari yang benar-benar dikelola secara profesional sampai yang cuma 1 kamar sempit pengap. Wartel yang dikelola secara profesional misalnya pernah saya jumpai di Jalan Padjajaran Bandung. Ruangan ber-AC, dengan tempat tunggu cukup luas, KBU yang banyak berjajar (KBU – Kamar Bicara Umum). Wartel yang pas-pasan juga banyak dijumpai; dulu di dekat kos saya di Dago Bandung, ada sebuah warung yang juga beroperasi sebagai wartel. Cuma ada 2 KBU dengan ukuran tidak tidak lebih dari 1 meter persegi. Tidak ada AC, cuma kipas angin kecil. Dulu telepon umum kartu juga sempat beroperasi, tapi sepertinya hanya sebentar saja popularitasnya.

Kurun tahun 2001-2002 penggunaan ponsel juga masih jarang. Saya masih ingat waktu awal-awal kuliah, masih banyak teman saya yang tidak punya ponsel. Sekarang sepertinya malah aneh mendengar orang belum berponsel. Pulsa telepon operator telepon seluler juga belum semurah sekarang. Coba bayangkan, kalau kita sekarang masih tergantung pada telepon umum macam itu; repot sekali kalau cuma ingin tanya kabar harus jauh-jauh jalan ke telepon umum (perlu cari-cari uang logam seratusan juga ๐Ÿ™‚ ). Sudah jaman ponsel, mau tanya kabar tinggal SMS murah meriah, praktis pula. Kalau pagi-pagi bangun kesiangan kan repot juga kalau harus jalan ke telepon umum telepon bos ijin datang terlambat :-p Eh tapi bahaya juga sih pakai ponsel, sudah bangun kesiangan, melek mata terus kirim SMS ke bos “Pak maaf telat masuk kantor”. SMS terkirim eh bablas merem tidur lagi =)) ….bahaya kan?

Jadi masih ingatkah Anda kapan terakhir kali menelpon dari telepon umum? ๐Ÿ™‚

6 thoughts on “Soal Telepon Umum

  1. Pake telepon umum sudah lama banget ya tidak saya lakukan…Tapi memang dari dulu saya jarang menggunkan telepon umum koin, tetapi lebih sering ke Wartel. Kalau zaman saya masih duduk di di Sekolah Dasar saya malah sering gunakan telepon kartu.

  2. @ Budy Snake : tapi Anda tahu kan caranya pake telepon koin? :-p

    @ pudakonline : hmm pantas kl biaya perawatannya mahal, tuh buktinya banyak telepon umum koin yang tidak terawat

    @ yudi : wah hebat masih inget pengalaman 13 tahun lalu

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.