Betahkah Saya Di Jakarta

Ada pertanyaan kemarin dari salah seorang teman saya : betahkah kamu tinggal di Jakarta? Jakarta kan macet & panas. Kemarin saya jawab ini tuntutan kerja. Kalau saja di Bandung ada perusahaan yang mau menggaji saya sama seperti yang saya terima sekarang, mungkin saya akan pilih kerja di Bandung. Sampai saat ini menurut saya Bandung “the best” lah untuk tinggal, untuk cari kerja sepertinya Jakarta masih lebih baik. Memang kalau dihitung-hitung mungkin ujung-ujungnya sama saja, biaya hidup di Jakarta kan pasti lebih besar daripada Bandung.

Seorang sepupu saya ada juga yang urung kerja di Jakarta setelah melihat (dan merasakan sendiri) bagaimana macet dan “semrawut”-nya Ibukota. Dia dari lahir sampai SMA tinggal di Semarang, melanjutkan perguruan tinggi di Salatiga. Ketika lulus dan dalam tahap mencari kerja, ada salah satu perusahaan yang mengundangnya interview di Jakarta. Tinggallah dia beberapa hari di rumah kakaknya di Jakarta. Sambil interview dan mencoba mengenal Jakarta. Ah rupanya dia malah takut dengan keramaian Jakarta. Interviewnya gagal, dan dia pun memutuskan pulang lagi ke Semarang. Sekarang dia kerja di kota Kudus. Oh ya saya lupa menyebutkan kalau saudara sepupu saya tadi itu laki-laki loh 😀

Minggu lalu rekan saya juga cerita hal yang sama. Katanya temannya memilih pulang ke Medan, gak tahan kerja di Jakarta. Temannya memilih lebih baik digaji lebih rendah daripada tinggal di Jakarta dengan gaji yang lebih besar. Sebegitukah tidak enak kah tinggal di Jakarta. Ah mungkin uangnya sudah banyak, digaji kecil pun tidak jadi masalah. Nah saya kan butuh masa kesempatan bagus ditinggalkan 🙁 Salah seorang kenalan saya pun demikian, baru dipanggil interview ke Jakarta saja sudah pusing 7 keliling. Kalau yang ini masih bisa dimaklumi, anak perempuan satu-satunya….wajar kalau sedikit takut dan grogi pergi ke Jakarta. Saya dengar sampai diantar bapaknya ke Jakarta. Terakhir saya dengar dia pilih kerja di Bandung.

Dulu saat masa akhir kuliah, saya pun tidak berpikir kerja di Bandung. Pikiran saya satu, kerja di Jakarta bagaimana pun caranya….mental karyawan kali ya :)) Bersyukur pula sebulan setelah lulus, saya sudah dapat kerja di Jakarta. Waktu itu September 2006 saya pertama kali kerja dan menetap di Jakarta. Untungnya saya bisa beradaptasi dengan segala kesemrawutan Jakarta. Macetnya lah, panasnya lah. Lalu apa hubungannya denganfoto di atas? Sebenarnya tidak ada hubungannya…tadi saya bingung cari foto ilustrasi untuk tulisan ini 😀 Buka buka folder foto, sepertinya yang paling nyambung foto “pantat” Metromini itu. Paling tidak itu yang bisa mewakili ruwetnya jalanan Jakarta. Anda yang ke mana-mana naik motor, pasti sudah kenyang dengan semburan asap knalpot Metromini. Anda yang kemana-mana naik mobil, mungkin juga sering dipotong jalannya oleh Metromini. Paling tidak sudah pernah macet tepat di belakang Metromini.

Jadi kalau ditanya betahkah saya di Jakarta, saya akan bilang : betah. Tapi untuk masalah tempat tinggal saya lebih memilih Bandung. Cirebon, kota kelahiran saya sendiri, saya malah taruh di urutan 3. Cirebon terlalu panas, Jakarta bosan dengan macetnya. Jadi betahnya saya mungkin cuma karena di Jakartalah saya dapat pekerjaan dengan gaji yang saya ingini.

**Sepertinya ada yang aneh dengan tulisan saya kali ini…tapi apa ya? :-/ **

10 thoughts on “Betahkah Saya Di Jakarta

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.