Don’t Disturb My Sleep

I really hate when something disturb my sleep. Like this morning, I just woke with bad mood because my neighbour play the damn Diana Krall’s music so loud. I like jazz music, but it was so irrittatting to hear it in the sleeping time. Especially I just go to bed this morning around 5 am. Stupid Diana Krall … I really really hate any disturbance to my sleeping time. Not only loud music like this morning, any noisy thing in the morning could make me awake….yeah maybe I’m to selfish but I don’t want my sleep terminate because things like people making conversation in front of my room with damn loud voice,  or the crazy maid sings dangdut in the morning,  or somebody turn the TV on with loud volume. Maybe I must put the large sign at my doorabout : KEEP IT SILENT, STUPID!!!

Soft Focus – The Power of GIMP

Malam ini saya baru belajar tentang bagaimana membuat foto jadi punya efek “soft focus”. Awalnya saya sering lihat foto-foto di Fotografer.net, banyak yang sudah dioleh dengan software semacam Photoshop. Tadi iseng-iseng browsing dan saya dapat petunjuk yang luar biasa berguna di sini. Petunjuk tersebut dibuat untuk Photoshop, tapi ternyata bisa juga diimplementasikan di GIMP (Photoshop-nya Linux). Langsung cari foto yang bisa dijadikan objek latihan. Ada foto Pak Imam (rekan di kantor) dari liputan makan-makan Jumat lalu. Berikut fotonya :

update 28/07/2009 : ganti model biar lebih “ceria” 😀
(kedua foto saya taruh di Picasa. Picasa menyediakan 3 macam ukuran foto untuk ditampilkan di blog. Saya pilih ukuran medium, eh kok malah bikin fotonya terlihat agak pecah-pecah ya 🙁 )

Foto kiri adalah foto aslinya sementara foto di sebelah kanan adalah hasil olahan di GIMP. Saya cukup puas belajar teori baru ini. Hasil fotonya memang terasa lebih “soft“. Dipikir-pikir cara ini bagus juga dipakai untuk memperhalus wajah modelnya. Bahasa kerennya mengolah “skin tone” 😀 Dari hasil tes tadi saya rangkum langkahnya seperti berikut ini :

  1. Sebelum membuat efek soft focus, kita harus pastikan Brightness dan Contrast foto sudah diatur dengan benar (sesuai selera tentunya).
  2. Buat duplikat dari Layer utama, sebut layer ini “duplikat”.
  3. Klik pada layer “duplikat”, lalu ubah modenya dari ‘Normal” menjadi ‘Screen’.
  4. Masih pada layer “duplikat”, beri filter Gaussian Blur. Di GIMP saya pakai Blur Method-nya IIR dan saya set Blur Radius-nya 50.
  5. Setelah diberi efek blur, atur Opacity layer “duplikat” tersebut untuk mengatur terang gelapnya foto.
  6. Untuk lebih menggelapkan foto, buat duplikat dari layer “duplikat”. Sebut layer ini “duplikat2”.
  7. Klik pada layer “duplikat2” dan ubah modenya jadi “Multiply”. Atur juga Opacity-nya sampai mencapai kombinasi yang pas.
  8. Sampai tahap ini proses pembuatan efek “Soft Focus” sudah selesai. Tapi bisa saja ditambahkan layer lain di atas layer yang sudah ada untuk menambah efek lain. Pada contoh foto di atas tadi saya tambahkan layer warna putih untuk mengatur Saturasi warna.

Kurang lebih seperti itu….sekadar sharing dari newbie di dunia olah digital…masih modal Ubuntu Linux dan GIMP, belum pakai Apple Macintosh :-p Mudah-mudahan bisa bermanfaat. Thanks a lot to Sholihin Wijaya yang sudah berbagi ilmunya di forum Fotografer.net.

ps : Pak Imam, sorry fotonya saya jadikan contoh ;))

Lunch With Eserv

Yesterday, I joined lunch at Everfresh restaurant. The lunch invitation came from Laurence who will leave Eservglobal Indonesia. She held the lunch as the farewell party, almost all Eservglobal’s employee (in Jakarta office of course) joined the lunch….who don’t likes free food 😀

Everfresh restaurant is a seafood restaurant located at Pejompongan street, nearby Karet Bivak cemetery (in the Tanah Abang district area). It’s only 3 km approximately from our office at Mega Kuningan. We went to the place around 11.45 AM. As usual when there is a crowd, I bring the camera :-p As photographer with no model yet, it quite be nice to have moment like this. At least I can release the shutter in order to prevent my EOS 1000D become dusty in the bag :))

Everfresh restaurant sell the fresh seafood, crabs, shrimps, a lot of fish varieties, eel, shellfish, you can also eat sushi and sashimi as well. I read the review in the Internet about Everfresh, we can buy the fresh fish. So after full eat the seafood, we can buy some raw fish and cook it at the home. The taste of the food at Everfresh is quite good, I can’t say it delicious. But the price is really reasonable. I couldn’t enjoy the lunch 100% because I prefered to take photos. But I always happy to take photograph of my coleagues. After the lunch, we gave Laurence a souvenir. We bought a digital photo frame with memory card inside, memory card filled by photos of everybody in the Eservglobal Indonesia. Most of the photos taken by me weeks ago. We hope it can be sweet memory for Laurence since she will leave Indonesia by the end of this month.

The above photo taken in front of Everfresh restaurant just before we left. When I was taking that photo, somebody had been left to the office (I think Lutfi and Dwi missed this shoot). To take the group photo like that, it is necessary to set the aperture as small as possible (with respect to the light meter as well). The small aperture will provide us the wide depth of field which can keep everybody in focus. I took that photo with aperature set to f/13…quiet small to let everybody’s face in focus. I didn’t need the external flash since the sun shone very bright that afternoon.

Again…using the 50mm fixed lens gave me another experience. Using the 50mm lens, pushed me to move back some meters in order to put everybody in the frame. That photo captured from the distance almost 3 meters away from the crowd. Thanks God we were on the yard, let me moving back far enough. I was reclining at the cars parked in the yard when I took that photo….no more space for me to retreat. The result is like that, Pak Imam (the man in left frame) couldn’t enter the frame 100%; also Sandro in the right frame. Sorry guys for the inconvienent. I need to change our photo spot to let you all in the frame. Or maybe I need to change the 50mm lens with the wider one…or buy Tokina ultrawide lens :)) Actually I brought the 18-55mm lens also, but I was too lazy to change the lens. Nevertheless I still love 50mm lens. The sharpness of 50mm lens makes me love it more and more. I don’t know how it will be after I bought the other lens. But compared to the kit lens 18-55mm, I choose 50mm definitely.

Blogging Dalam Kegelapan

Sudah jam 2 lewat saya masih belum bisa memejamkan mata. Ini gara-gara mati lampu dari tadi selepas pukul 1 dini hari. Bukan cuma mati lampu lokal karena listrik lokal kelebihan beban, tapi mati lampu di seluruh kompleks. Mati lampu membuat kamar jadi panas karena tentu AC tidak berfungsi. Yang lebih menyiksa bukan panasnya suhu kamar, tapi serbuan nyamuk yang ikut sibuk di kegelapan ini. Aneh mengapa mendadak jadi banyak nyamuk…dari tadi sebelum mati lampu rasanya tidak ada nyamuk di dalam kamar. Apa mungkin nyamuk-nyamuk ini masuk saat saya tadi keluar kamar memastikan padamnya listrik bukan gangguan lokal? Ah tapi sebelum saya keluar kamar pun nyamuk sudah bermunculan. Tangan & kaki sudah gatal kena gigitan nyamuk. Mata masih belum juga ngantuk.

Wahai PLN kenapa tidak tunggu saya tidur baru lakukan pemadaman listrik :(( at least saya sudah terlelap jadi tidak peduli dengan AC mati & nyamuk-nyamuk ini. Harga listrik yang relatif murah plus monopoli penjualan listrik, membuat masyarakat tak bisa komplain. PLN pun mungkin akan berujar : bayar murah kok mau enak, harga murah dilarang komplain =)) Sepi senyap sekarang. Suara motor di jalan raya bisa terdengar, kucing ribut, anjing tetangga yg berisik pun ikut terdengar. Tapi yang paling mendominasi adalah suara keypad ponsel saya 😀 Ternyata keras juga bunyi keypad Nokia E51 di tengah keheningan ini.

Ah alamat bangun kesiangan kalau begini ceritanya. Hmm iseng ngeblog dulu lewat GPRSnya Telkomsel, daripada bengong ga bisa tidur.

Nikahan Buchari

Minggu sore kemarin saya pergi ke acara resepsi pernikahan rekan saya Buchari Muslim. Buchari adalah rekan satu kantor ketika sama-sama masih bekerja di PT Fujitsu Indonesia. Acaranya diadakan di gedung BKKBN di dekat bandara Halim Perdanakusuma. Resepsi dimulai jam 7 malam. Saya berangkat bersama teman-teman Fujitsu lain. Tiba di tempat acara, tamu-tamu sudah berdatangan dan cukup sesak memenui auditorium tersebut.

Berangkat ke acara tersebut saya juga bawa kamera. Niat motret teman-teman dan tentu motret Buchari dengan pakaian adatnya :-p Ternyata fotografer resmi acara nikahan Buchari tidak hanya 1 orang saja. Seperti yang saya cerita di tulisan saya yang lalu, kali ini saya malah tidak sempat minta ijin motret kepada fotografer resmi acara tersebut. Sang fotografer begitu sibuknya memotret, tamu undangan dan keluarga yang perlu difoto demikian banyaknya. Ya sudah masa nunggu ijin terus-terusan sambil ga motret-motret, tetap ikuti etika saya motret Buchari dari jauh saja – tanpa lampu flash tentunya.

Cahaya di panggung cukup terang, jadi tanpa flash pun saya masih bisa mengambil foto pengantinnya. Cukup sulit memotret kedua mempelai sendiri karena tamu undangan yang naik ke panggung ingin bersalaman tidak kunjung habis. Beruntung saya bisa memotret Buchari & Runi berdua saja saat rehat sejenak, saat tidak ada tamu yang naik ke panggung untuk bersalaman. Terlihat sekali Buchari kelelahan (atau mungkin kepanasan) terus-menerus menerima ucapan selamat dari para tamu. Tapi sepanjang acara saya lihat raut muka Buchari ceria terus 🙂 Foto di samping ini saya ambil saat menunggu giliran difoto. Pembawa acara sibuk memanggil rekan-rekan dan keluarga untuk berfoto bersama pengantin. Salah satu grupnya yang dipanggil foto adalah rekan-rekan Buchari di Fujitsu. Rekan-rekan saya pun bergegas bergerak mendekati panggung, demikin juga dengan saya. Lah padahal saya kan bukan orang Fujitsu lagi; kok pede amat ikutan maju? 😀 Ah cuek deh ikut foto grupnya Fujitsu :-p

Ada banyak macam hidangan yang disajikan di acara resepsi, tapi semalam saya hanya makan satu menu saja : mie yogya. Begitu sudah pegang kamera saya jadi malas makan. Sebenarnya bukan malas makan, tapi saya bingung mau taruh kamera di mana. Biasanya saya tinggal menyandang DSLR di bahu, tapi dengan flash eksternal terpasang saya kesulitan menyandang kamera. Bobot flash eksternal membuat kamera selalu “ambruk” ke depan. Halah malu-maluin ya…perlu belajar cara menyandang kamera di bahu dengan flash terpasang :)) . Hmm…atau mungkin kameranya perlu dipasangi battery grip untuk menambah bobot dan stabilitas body kamera ;)) Daripada bolak-balik menaruh kamera ke dalam tas, ya sudah saya pegang saja terus kameranya. Ga perlu makan yang penting bisa ambil foto teman-teman yang lain. Foto-foto lainnya dari acara resepsi kemarin saya upload di Flickr.

Untuk Buchari & Runi : selamat berbahagia