DIY Snoot & Grid

Beberapa artikel di website DIY Photography cukup menginspirasi saya untuk membuat beberapa alat untuk memanipulasi cahaya. DIY itu singkatan dari “Do It Yourself”, alias buat sendiri peralatanmu…..kreatif & kurang modal memang tipis bedanya =)) (kurang modal atau kurang kerjaan ya :p ) Tapi memang kekreatifan yang dicontohkan itu cukup menarik untuk dicontoh dan dipraktekan sendiri. Di tulisan ini saya sekadar ingin bercerita tentang 2 alat yang saya pakai untuk mengatur bentuh cahaya yang dihasilkan oleh flash kamera (external flash tentunya).

Yang pertama saya coba beberapa minggu lalu adalah snoot. Contohnya saya baca di sini. Snoot dibuat untuk membuat cahaya menjadi lebih terfokus pada satu titik saja. Di webnya disarankan membuat snoot dengan bahan berwarna hitam. Karena hanya memanfaatkan barang-barang yang bisa saya jangkau di kamar, saya hanya bisa menemukan karton putih. Itupun awalnya adalah sebuah map yang saya ambil waktu saya menginap di Hotel Sunan Solo ;)) Kartonnya saya potong menjadi sebuah persegi panjang, ukurannya saya sesuaikan dengan kepala flash terlebih dulu. Setelah dipotong lalu digulung dan direkatkan dengan menggunakan selotip. Hasilnya seperti ini :

Hasil foto dengan snoot terpasang pada flash lebih kurang seperti ini :

Ada apel di kulkas milik teman saya, saya pinjam sebentar jadi objek percobaan 🙂 Difoto di atas meja pinjaman berlapis kain hitam sebagai backdrop.

Barang kedua yang saya contoh dari websitenya DIY Photography adalah honeycomb atau disebut juga grid. Grid ini fungsinya meredam kekuatan cahaya dan memperkecil cakupan area yang terkena cahaya flash. Tutorialnya saya contek dari sini. Hmm tapi karena saya tidak punya bahannya, saya memilih mencontek tulisan dari blognya strobist. Bahan dasarnya cuma karton bekas, memanfaatkan tekstur kardus yang berlubang-lubang. Kardus dipotong kecil-kecil dan direkatkan satu sama lain sampai menjadi seperti ini :

Hmm walaupun grid itu sudah saya buat beberapa minggu lalu, baru kemaren sore saya coba lagi untuk memotret. Karena tidak ada model maka saya aktifkan saklar narsis saya sebentar :p Jadilah self portrait seperti berikut ini :

Foto di atas di ambil dengan kecepatan 1/200 supaya cahaya lampu kamar tidak ikut tertangkap kamera. Jadi walaupun kamar saya terang benderang, saya tetap bisa mendapatkan background yang gelap total. Dengan grid terpasang di flash, cahaya yang keluar hanya bisa menyinari area yang sempit. Cahaya flash sudah diredam sehingga area di belakang saya tetap gelap. Tanpa grid, bagian kamar di belakang saya pasti terlihat dengan jelas. Awalnya sempat bingung juga karena berkali-kali cahaya flash terpantul di kacamata saya. Teorinya saya harus meletakkan posisi flash di posisi yang tepat supaya cahayanya tidak terpantul di kacamata. Akhirnya menemukan posisi yang tepat, flash harus sedikit lebih tinggi dari mata saya. Sayang kemaren batere flash saya yang lain habis, tadinya saya mau coba juga memotret dengan 2 flash. Flash yang lain sebagai rim lights, sedikit menyinari kepala saya dari belakang (paling tidak jadi terlihat mana rambut gondrong saya 😀 ). Ya sudah mau tidak mau kemaren saya harus cukup puas dengan 1 flash saja.

Pemadaman Listrik PLN & Layanan Tanpa Saingan

Pagi ini saya bangun tidur dan mendapati kamar gelap gulita. TV sudah mati dan AC tidak lagi mengeluarkan hawa dingin. Ada pemadaman listrik (a.k.a. mati lampu) lagi. Minggu ini setidaknya sudah 6 kali pemadaman listrik di wilayah Tomang. Hari Senin lalu (2 November 2009) listrik padam sejak pukul 11 malam. Untungnya saya sudah berangkat kerja malam dan tidak merasakan efeknya. Selasa 3 November 2009, listrik padam sejak pukul 14.00 sampe pukul 20.30. Betapa kesalnya saya, saya baru pulang kantor sekitar pukul 6 pagi dan ingin menghabiskan Selasa siang untuk tidur beristirahat tapi apa daya mati lampu mengganggu istirahat saya. Mana bisa menikmati tidur kalau kamar gelap, pengap dan gerah tanpa AC. Rabu 4 November listrik padam 2 kali di siang hari. Pertama sekitar pukul sebelas siang, kedua sekitar pukul 3 sore. Lagi-lagi saya dibuat kesal. Minggu ini saya beberapa kali kerja malam, efeknya saya baru pulang di pagi hari. Siang hari yang harusnya bisa dilewati dengan tidur nyenyak malah terganggu padamnya listrik. Kamis 5 November saya masuk kantor seperti biasa, tapi kabarnya di Tomang terjadi 2x lagi pemadaman listrik.

Efek monopoli suatu layanan, provider jadi tidak punya rasa takut kehilangan pelanggan. Coba saja kalau misalnya masyarakat diberi beberapa pilihan perusahaan listrik (tidak peduli swasta atau BUMN), tentu tiap provider akan berusaha maksimal memberikan layanan terbaiknya. Ambil contoh gampang masalah layanan telepon selular. Sekarang dengan adanya beberapa perusahaan penyedia layanan telepon selular, konsumen sudah pasti akan gampang berpindah layanan bilamana mendapati gangguan yang cukup berarti dari provider yang digunakannya. Contoh pasti, rekan saya menggunakan layanan Blackberry dari XL, menjelang lebaran kemarin ada ganggunan layanan Blackberry. Beberapa hari layanan Blackberry XL mati total. Tidak butuh pemikiran lama-lama, teman saya langsung mengganti layanan Blackberry-nya dengan Indosat Blackberry. Apa jadinya kalau misalnya hanya XL yang punya layanan Blackberry? Saya bisa jamin teman saya akan tetep bertahan menggunakan layanannya meskipun dengan ngomel-ngomel saat ada gangguan.

Contoh lain misalnya layanan internet Telkomsel Flash, ada cerita di internet tentang bagaimana Telkomsel mengubah kebijakan bandwidth pelanggan Telkomsel Flash. Saya lupa persisnya bagaimana, yang jelas beberapa kali saya membaca tulisan di blog tentang keluhan layanan Telkomsel Flash. Dengan adanya beberapa pilihan layanan internet HSDPA dari perusahaan telekomunikasi lain, konsumen dapat dipastikan pindah layanan. Selama pesaing punya layanan lebih baik mengapa harus bertahan dengan layanan yang pas-pasan. Apalagi jika konsumennya bukan individu perseorangan tapi misalnya sebuah institusi (katakan sebuah perusahaan). Konsumen kelas korporat tentu punya ekspektasi yang lebih tinggi. Misalnya sebuah perusahaan menggunakan layanan internet leased line dari sebuah ISP. Anda bisa bayangkan kalau layanan ini terganggu beberapa jam dalam sehari (di jam sibuk pula). Perusahaan bisa dengan mudah menutup kontraknya dan mencari alternatif ISP lainnya yang bisa menyediakan layanan leased line tanpa gangguan. Biasanya untuk kelas korporat, sudah ada SLA (service level agreement) yang jelas. Di dalam SLA disebutkan layanan yang dijamin oleh provider komplet dengan penalti yang akan dikenakan kalau provider gagal menyediakan layanan tersebut.

Bukan untuk mendeskriditkan institusi manapun, tapi sekadar contoh bahwa layanan jasa dengan banyak provider membuat konsumen mudah mengganti layanannya bila kepuasannya terganggu. Ada bagusnya persaingan dalam dunia layanan jasa macam itu, provider jadi lebih terpacu untuk memberikan layanan terbaiknya. Mau tidak mau, suka tidak suka, provider akan berusaha semaksimal mungkin memikirkan layanannya; pilihannya jelas : layanan terbaik atau kehilangan konsumen. Semua mengacu pada yang namanya kepuasan pelanggan. Ambil contoh jelas, Pertamina. Saya sudah lihat bagaimana Pertamina bebenah, meningkatkan mutu layanannya. Kapan terjadinya? Setelah beberapa perusahaan asing masuk dan menggelar layanan SPBU di Indonesia (Jakarta pada awalnya). Ada Shell, ada Petronas yang membuka SPBU di beberapa titik di Jakarta. Pertamina berbenah, mengeluarkan slogan baru Pasti Pas. Dulu rasanya cuma Shell yang karyawannya menyapa dengan ramah tiap pengisi bahan bakar yang mampir ke SPBU. Menyapa dengan ramah, menunjukkan angka meter mulai dari angka 0, memberikan layanan cuci kaca mobil. Sudah makin jelas kan, saat operator lain memberikan layanan lebih baik, saatnya konsumen bisa berpaling. Harga lebih mahal mungkin sudah bukan pertimbangan lagi kalau sudah bicara kepuasan pelanggan.

Ok balik lagi ke cerita soal mati lampu. Masyarakat tidak punya pilihan, PLN satu-satunya penyedia layanan listrik untuk umum di Indonesia. Alternatifnya silakan sediakan sumber energi swadaya, beli genset misalnya. Tidak ada layanan yang bisa dijadikan pembanding, tidak ada operator lain yang bisa dilirik. Jadi sejauh ini masyarakat (seperti saya) cuma bisa mengeluh dan menerima keadaan…menunggu sampai listrik hidup kembali. Saya baru tahu sekarang bagaimana tidak enaknya daerah-daerah yang mengalami pemadaman listrik rutin. Konon kabarnya di beberapa daerah seperti Medan, Manado, Kalimantan, Pekanbaru, pemadaman listrik menjadi sesuatu yang rutin. Mungkin sampai mereka lupa untuk komplain karena menganggap itu menjadi hal yang lumrah. Di Kalimantan katanya listrik bisa padam belasan jam sehari. Seperti balik lagi ke masa lalu kalau begitu ceritanya. Saya juga baca berita beberapa waktu lalu Bali kekurangan pasokan energi listrik, pemadaman listrik hampir menjangkau seluruh bali. Ironis, Jakarta sebagai pusat pemerintahan, kota di mana katanya semua ada, kota yang digelari kota metropolitan, di sini masih ada yang namanya pemadaman listrik.

Bulan lalu kalau tidak salah gardu PLN di Kembangan mengalami gangguan, disusul garu PLN di Cawang yang terbakar. Saya masih ingat sepanjang jalan Rasuna Said banyak sekali lampu jalan yang mati. Sampai PLN mengeluarkan kebijakan pemadaman listrik bergilir, lihat saja dulu jadwalnya dipasang di website-nya PLN (http://www.plnjaya.co.id/). Tiap daerah kena getahnya, paling tidak 5 jam sehari tidak ada pasokan listrik. Apa yang bisa dilakukan PLN selain minta maaf? Sampai sekarang masih ada jadwal pemadaman listrik begilir, tapi kali ini tidak ada informasi yang jelas di websitenya PLN tentang daerah mana yang bakal kena giliran. Minggu ini gantian pembangkit listrik di Muara Karang yang kena gangguan.

Ada fenomena lain yang saya perhatikan, masyarakat mungkin lebih senang membahas sesuatu yang lebih heboh. Kasus Bibit-Chandra lebih meledak popularitasnya daripada urusan sepele mati lampu. Sudah beberapa hari ini, tiap kali membuka Detik.com yang banyak adalah berita kasus KPK itu. Sampai ada yang membuat grup di Facebook untuk menunjukkan dukungan pada kasus ini. Katanya sudah hampir menembus angka 1 juta pengguna Facebook yang tergabung dalam grup tersebut. Hah? Apa itu bisa dijadikan acuan pasti? Saya berani jamin tidak semua orang yang join itu tahu pasti dan mengerti duduk persoalannya. Saya termasuk orang yang mengabaikan tawaran untuk bergabung dengan grup itu. Bukan karena saya tidak mendukung aksi berantas korupsi, tapi karena saya rasa bukan porsi saya untuk ikut-ikutan.

Ya mungkin karena saya termasuk orang yang egosi, tidak care terhadap sekitar. Mbok ya kalau mau diributin, ributkan lah layanan PLN yang makin ga jelas ini. Lebih nyata efeknya. Detik.com misalnya lebih senang menampilkan berita tentang kasus Bibit-Chandra daripada pemadaman listrik yang melanda sebagian kawasan Jakarta. Hmm ya Anda bisa mengabaikan opini saya ini dan berkata ya itu karena kamu kena giliran mati lampu jadi bisa mikir seperti itu. Tapi poinnya bukan di situ, poinnya adalah lebih baik meribukan sesuatu yang jelas hasilnya dan dapat dinikmati secara langsung oleh masyrakat. Misalnya bikin grup menggugat PLN, menyerukan ganti dewan direksi PLN kalau layanannya tidak bisa diperbaiki secara cepat. Ah tapi bisa jadi karena pemadaman listrik sudah terlalu sering terjadi, sampai-sampai orang menganggapnya hal yang lumrah dan tidak perlu diributkan 🙁 Tapi apa daya, siapa orang yang mau mendengar opini saya.

Halo PLN….sampai kapan mati lampu terus berlangsung???

**Batere notebook sudah menipis, harus segera menuntaskan postingan ini sebelum keburu mati. Untung ada modem HSDPA kantor yang saya bawa pulang jadi masih bisa ngeblog di tengah panas dan gelapnya ruangan ini**

Update : tepat pukul 17:30 listrik mengalir kembali. Jadi hari ini listrik padam selama 8 jam 15 menit…what a bad day X-(
Tambahan ilustrasi foto, dijepret Februari tahun lalu saat melintasi PLN Gandul. Ternyata saya pernah juga posting gambar PLN Gandul tahun lalu di sini.

Update Nov 9, 2009 : pagi-pagi listrik sudah padam lagi sejak pukul 06.30 🙁 Gosipnya pemadaman hari ini akan berlangsung sampai sore hari.

Ternyata pemberitahuan tentang pemadaman listrik ada di webnya PLN  :

http://www.plnjaya.co.id/pemadaman/info_padam.asp?idM=33&idSM=4&whichpage=1

Berikut cuplikannya untuk jadwal pemadaman pagi tadi :

Senin, 9 November 2009
(08.00-12.00 WIB) Hero Supermarket Pondok Bambu, Pisangan Timur, Jl. A Yani Duren Sawit Sawah Barat, Cilungup, Jl Radin Inten dan sekitarnya Jl. Nambru Raya, Jl. Kb. Kelapa, Cipinang & sebagian Rw.mangun Jl. Cipinang Elok, Cipinang Jaya, Jl.DI Panjaitan, Samsat Jakarta Timur dsk. Arion Plaza, Jl. Lodan, Jl. Pemuda, Terminal Rawamangun dsk Jl. Cipinang Kebembem, Perum Bangun Cipta, Komplek PLN Klender. Jl. Raya Bypass, Rawamangun, Kayu Manis dan sekitarnya. Jl. Duren Sawit, Pondok Bambu,Kp Pertanian Timur. Perusahaan Daerah Air Minum Pulogadung Jl. Cipinang, Komplek Cipinang Elok, Cipinang Muara, Cip.Indah. Jl. Matraman Raya, Lapangan Jend. Urip Jatinegara, Pisangan Baru dsk. PT IGI Jl. Raya Bekasi Pulogadung. PT Wahana Garuda Lestari Pulo Gadung Jl. Raya Bekasi, Tipar Cakung dan sekitarnya. PT Logam Brasindo Jl. Pegangsaan raya

Daerah Tomang tidak ada dalam daftar lokasi yang dapat giliran pemadaman listrik, tapi tetap saja kena giliran pemadaman listrik. Apa gunanya mempublikasikan jadwal kalau tidak untuk ditepati?

IP Calculator

Quick post tonight after several days hibernation :D. In my Ubuntu (and other Linux environment), there is a tool named ipcalc that can used as IP address calculator. With this tool, I can easily know what the network address of an certain IP address. I can also know how many client can join into a range of IP address.

For example, I get IP address 10.34.31.34 with network mask 255.255.255.248, with ipcalc I know that the network address for IP 10.34.31.34 is 10.34.41.32. See the log below as appear on my desktop :

tedy@tedy-laptop:~$ ipcalc 10.34.31.34 255.255.255.248
Address:   10.34.31.34          00001010.00100010.00011111.00100 010
Netmask:   255.255.255.248 = 29 11111111.11111111.11111111.11111 000
Wildcard:  0.0.0.7              00000000.00000000.00000000.00000 111
=>
Network:   10.34.31.32/29       00001010.00100010.00011111.00100 000
HostMin:   10.34.31.33          00001010.00100010.00011111.00100 001
HostMax:   10.34.31.38          00001010.00100010.00011111.00100 110
Broadcast: 10.34.31.39          00001010.00100010.00011111.00100 111
Hosts/Net: 6                     Class A, Private Internet
tedy@tedy-laptop:~$

Theoretically to find out what is the network address of any given IP address is simply by do Boolean operation AND between IP address and its netmask. So the step to calculate network address manually is like these :

  1. Convert the IP address & network mask into biner form. This should be long explanation how to convert IP address into biner form.
  2. Then perform Boolean operation : <IP Address> AND <Network Mask>,  just keep in mind that in the AND operation if 1 meet 0 then the result will be 0 (vice versa). Only if 1 meet by 1 then the result would be 1.

That’s it, I can explain it longer, Wikipedia explains t well here. I know the theory but I’m too lazy to do math operation like that :p I’m glad to found simple tool like ipcalc. It makes my life a little bit easier 😀