Twitter Itu Untuk Apa

Satu hal yang masih tidak saya mengerti tentang social media khususnya Twitter, yaitu soal privasi. Saya bingung melihat tren kebanyakan orang Indonesia senang sekali percakapannya dengan koleganya di-publish di Twitter. Hmm mungkin sedikit terbalik; mereka bercakap-cakap di Twitter, otomatis “ter-publish” bukan?

Saya selalu heran melihat orang saling sapa, bercengkerama alias ngobrol di Twitter. Ada lagi yang lebih membuat saya heran, membaca twit orang yang janjian pergi bersama temannya via Twitter. Saya jadi bertanya-tanya sebenarnya bagaimana warga dunia lain menggunakan Twitter. Sebab konsep yang saya tahu Twitter awalnya sebagai media microblogging (blog dengan posting pendek, kurang dari 140 huruf); dipakai untuk berbagai informasi, berbagi ide, intinya sharing.

Tapi ngobrol di media Twitter itu saya masih belum bisa mengerti. Ngobrol di sini bukan diskusi ya, karena sangat mungkin twit ide/informasi menjadi bahan diskusi. Yang ada di benak saya ngobrol sifatnya yang lebih personal, person-to-person. Apakah itu yang namanya mobile lifestyle ? Apakah saya memang sudah ketinggalan jaman?

Dendeng Ayam

20130422-194022.jpg

Dulu saya pikir Bee Cheng Hiang itu hanya menjual dendeng babi. Awal bulan April saya dapat kiriman oleh-oleh ini, saya baru tahu kalau ada juga produknya berupa dendeng ayam. Kemasan untuk oleh-oleh ini seperti bungkus permen. Menurut petunjuknya disarankan untuk merendam kemasannya dalam air mendidih selama beberapa menit. Dan ternyata dendeng ini rasanya memang enak 🙂

Bel Memanggil Pelayan

20130422-192159.jpg

Minggu lalu saya coba makan di restoran Radja Ketjil di Mal Kota Kasablanka. Ada yang unik di mejanya, ada bel untuk memanggil pelayan atau untuk meminta bon makan. Tapi uniknya begitu pelayan datang membawakan menu, alat ini diambil oleh pelayannya. Karena menuh-menuhin meja? Lah kok? Ya sudah jadi balik lagi angkat tangan untuk memanggil pelayannya.

Tulisan Tangan

Di blognya hari ini, Pak Budi Raharjo bercerita tentang kendalanya untuk menulis di iPad atau ponsel Android. Memang betul perlu kesabaran sendiri untuk berlatih menulis di perangkat semacam iPad. Saya sendiri mengalaminya, tulisan tangan saya di iPad masih belum selancar & sebagus hasil tulisan tangan di kertas. Saya sendiri di iPad menggunakan aplikasi Penultimate untuk membuat catatan dengan tulisan tangan di iPad:

20130422-185914.jpg

Saya sangat jarang menulis catatan dengan tulisan tangan seperti gambar di atas. Saya lebih senang mengetiknya di laptop. Tulisan tangan saya pakai biasanya bila sedang menjelaskan sesuatu pada orang lain, lebih mudah membuat diagram, flow atau coret-coretan dengan stylus. Dengan aplikasi Penultimate tadi, setelah selesai menjelaskan sesuatu saya bisa simpan coretan-coretannya (di simpan dalam aplikasi Evernote) atau mengirimkannya via email ke orang yang bersangkutan.

Menulis di layar kaca seperti ini sangat tergantung pada stylus yang dipakai. Stylus yang dipakai harus ringan & kecil ujungnya, saya beli di Kaskus stylusnya. Masih belum sepresisi hasil tulisan menggunakan stylus seperti Jot Flip.