Tidak hanya Jakarta yang punya patung sosok Jendral Sudirman. Kota Purbalingga di Jawa Tengah juga punya patung pahlawan nasional ini. Patung ini sosoknya ditampilkan lebih santai, tidak seperti patung Jendral Sudirman di Jakarta yang tegak memberi hormat sepanjang hari. Ingat adegan Dedi Mizwar menaiki patung itu di film Naga Bonar Jadi Dua?

Jendral Soedirman mungkin adalah salah satu pahlawan nasional yang namanya paling sering diabadikan menjadi nama jalan. Banyak kota besar di Indonesia menggunakan nama Jendral Sudirman untuk menamai jalan protokolnya. Sejauh ini saya baru tahu 2 patung, mungkin masih ada patung Jendral Sudirman di kota-kota lain.

Saya termasuk penggemar sate kambing. Minggu lalu saya sempat mencicipi sate kambing muda di daerah Prupuk Tegal. Letaknya tidak jauh dari stasiun Prupuk. Kambing “batibul” alias kambing bawah tiga bulan ini benar-benar masih kecil. Lihat saja ukuran tulang-tulang kambing yang digantung itu. Itulah yang membuat sate kambing batibul begitu empuk.

Tidak ada yang mengalahkan empuknya sate kambing muda ini. Fresh, dibakarnya pun tanpa diberi bumbu apa-apa. Dimakan dengan bumbu kecap saja sudah sangat enak. Cirinya daging kambing muda ini adalah setelah dibakar warna dagingnya putih.

Sate batibul Bang Awi di Kelapa Gading pun kalah enaknya. Apalagi belakangan sate Bang Awi mengalami penurunan kualitas, kurang fresh & kurang empuk lagi.

Dari tahun ke tahun di sepanjang jalan utama pantai utara Jawa pasti dihiasi dengan fenomena pengumpul sumbangan masjid. Biasanya yang mengumpulkan sumbangan akan berdiri di tengah-tengah jalan yang sudah diberi pembatas tong. Bersiaga dengan jaring ikan untuk menangkap uang sumbangan yang dilemparkan oleh pengendara yang melintas. Sebagian timnya berkumpul di tepi jalan dengan microphone menyapa pengendara yang melintas. Ada juga yang menyetel lagu-lagu Qasidahan.

Dapat dipastikan semua kendaraan akan melambat bila menemui para pengumpul sumbangan ini. Bagaimana tidak, satu jalur yang bisa dilewati 2 mobil dipecah dengan bekas tong minyak. Entah apa pernah ada yang meneliti bagaimana kelanjutan pembangunan masjidnya.

BBC ini bukan jaringan televisi Inggris, tapi singkatan dari Banyumas Biliar Center. BBC ini adalah tempat biliar terbesar di Purwokerto. Agak menarik namanya bukan Purwokerto Biliar Center tapi Banyumas. Mungkin karena Purwokerto masih berada dalam wilayah Karesidenan Banyumas Jawa Tengah. Lokasi BBC ini di Jalan Dokter Angka Purwokerto, tepat si sebelah hotel Horizon (dulu bernama hotel Dinasti). Lokasinya tidak terlihat dari jalan karena posisi gedung BBC ini agak masuk ke dalam.

Ada lebih dari 20 meja biliar di BBC. Hanya sayang tempatnya kurang terawat, terkesan agak kumuh. Tempat ini juga dipakai sebagai tempat berlatih atlit biliar POBSI.

Kaget saya saat bertanya berapa harga per jam untuk main biliar di BBC ini. Lima belas ribu rupiah per jam. Hanya seperlima harga sewa tempat biliar seperti Afterhour Jakarta. Sayangnya tempatnya kurang nyaman untuk berlama-lama main biliar meskipun harganya sangat murah.

Meja yang saya pilih cukup baik kualitas kain lakennya. Karena dipakai tempat latihan atlit, lubang meja biliar ini diset lebih kecil dari biasanya. Umumnya satu lubang di meja biliar bisa dimasuki 2 bola biliar dengan mudah, tidak demikian dengan meja ini.

Ini sekaligus mengenang kembali saat-saat saya sering bertugas ke beberapa kota besar di Indonesia. Tiap kali berkunjung ke kota baru, saya sempatkan mencoba tempat biliarnya.