HBDI

Bulan lalu saya mengikuti training HBDI di Singapore. HBDI adalah singkatan dari Herrmann Brain Dominance Instrument, sebuah program buatan Ned Herrmann untuk menganalisis kencenderungan mental seseorang dalam berpikir & bersikap. Konsep otak kanan dan otak kiri sudah saya kenal sejak lama, itupun sebatas pemahaman awam. Seperti misalnya orang dengan otak kiri yang lebih dominan cenderung akan menyukai hitung-hitungan & segala hal yang berbau teknis; dan sebaliknya orang dengan otak kanan yang lebih berkembang akan punya kelebihan di bidang sastra, seni, hafalan, dsb.

HBDI ini menurut saya adalah pengembangan dari konsep otak kanan otak kiri itu. Singkatnya dalam HBDI, otak manusia digambarkan sebagai 4 kuadran : biru, kuning, merah, dan hijau.

Orang yang berada pada kuadran biru akan cenderung berperilaku logis, analitis, teknis, & mengandalkan fakta-fakta untuk memutuskan segala sesuatu. Orang pada kuadran hijau akan memiliki ciri-ciri menyukai segala sesuatu yang tertata rapih, senang mengorganisir banyak hal, segala sesuatunya harus dalam prosedur & langkah-langkah yang terencana baik. Orang yang terkelompok pada kuadran merah akan punya kecenderungan untuk berinteraksi sosial lebih daripada yang lain, emosional, suka berekspresi, senang mendengar pendapat orang lain sebelum membuat sebuah keputusan. Sementara orang yang berada pada kuadran kuning lebih suka hal-hal yang abstrak (dalam tataran konsep), visual, melihat segala sesuatu dalam skala makro.

Rata-rata manusia dominan pada 2 kuadran yang berbeda. Jarang sekali orang yang dominan pada keempat kuadran tadi. Banyak contoh nyata yang diberikan oleh pembicara pada training kemarin. Contoh-contoh nyata tersebut misalnya seseorang yang senang menepuk lengan tamunya saat berjabat tangan, kemungkinan besar memiliki kencenderungan berada pada kuadran merah. Contoh lain seorang akuntan biasanya memiliki kelebihan pada kuadran hijau, karena menyukai hal-hal yang detil, sistematis.

Sementara seorang bos atau pimpinan perusahaan yang sukses biasanya cenderung memiliki kelebihan pada kuadran kuning. Kok bisa? Lihat saja berapa sering seorang bos akan menerapkan target yang sepertinya tidak masuk akal & membuat semua anak buahnya garuk-garuk kepala. Itu karena sang pimpinan melihat jauh ke depan, berani “bermimpi” & berfokus pada visi misi yang kadang terlihat mustahil dilaksanakan.

Sementara seseorang yang skeptis bisa jadi contoh orang yang berada pada kuadran biru. Skeptis bagaimana? Lihat saja bagaimana orang yang tidak gampang percaya sebelum disodori setumpuk fakta, atau orang yang gemar menganalisis segala sesuatu.

Contoh kasus yang diberikan juga membantu saya memahami perbandingan tiap kuadran. Misalnya saat seseorang akan membeli mobil (asumsi uang bukan masalah).

  • Orang yang dominan pada kuadran biru akan menganalisis apa keperluannya membeli mobil, seberapa irit konsumsi BBMnya. Sekadar contoh mungkin saja orang pada kuadran biru akan memutuskan untuk membeli city car karena irit konsumsi BBM & cukup memenuhi kebutuhan mobilitasnya sehari-hari.
  • Orang pada kuadran hijau akan secara detail membaca spesifikasi teknis mobil lalu membandingkannya satu sama lain. Saya lupa untuk kuadran ini contoh mobil apa yang kemungkinan besar akan dibeli πŸ™‚
  • Orang pada kuadran merah akan menanyai banyak rekannya tentang mobil, mencari referensi dari rekan-rekannya tentang mobil apa yang bagusnya dibeli. Sebagai ilustrasi, orang pada kuadran merah bisa jadi berakhir membeli mobil MPV, mobil keluarga yang bisa mengangkut banyak orang.
  • Sementara orang pada kuadran kuning akan melihat prestige, visualisasi, mencari mobil yang bisa menjadi aktualisasi dirinya. Sebagai contoh orang pada kuadran kuning mungkin akan membeli mobil sport seperti Ferrari untuk sarana aktualisasi dirinya.

Training kemarin mengajarkan saya bagaimana mengenali di kuadran mana saya lebih dominan. Setelah mengenali diri sendiri, lalu berikutnya adalah mempelajari bagaimana saya bisa berinteraksi dengan orang yang berada pada kuadran yang berseberangan. Mengapa harus memahami orang yang berada pada domain/kuadran yang berseberangan? Karena hal-hal yang disukai oleh orang pada kuadran tertentu bisa jadi merupakan hal yang sangat menyebalkan bagi orang pada kuadran seberangnya.

Contoh gampangnya ketika rapat dengan pimpinan (yang berada pada kuadran kuning), karyawan yang domain pada kuadran hijau akan sedikit merasa bosan dengan “teori”/visi misi yang disampaikan sang pimpinan. Mengapa demikian? Karena sang karyawan lebih suka to the point, memikirkan apa langkah riil yang harus diambil, prosedur apa yang harus diikuti untuk mewujudkan visi-misi sang pimpinan.

Hal lain yang mungkin berbenturan adalah ketika orang yang memiliki kecenderungan pada kuadran biru bertemu dalam suatu meeting dengan orang yang berada pada kuadran merah. Si biru akan langsung bicara fakta, tanpa basa basi ini itu. Sementara si merah akan lebih suka membuka rapat dengan aneka basa-basi, menyapa orang-orang dalam ruangan rapat. Si biru akan melihat si merah sebagai orang yang bertele-tele buang-buang waktu. Sebaliknya si merah akan melihat si biru sebagai orang yang kurang peka terhadap sesama rekan kerjanya karena hanya memikirkan pekerjaan tanpa ada relasi sosial yang baik. Masing-masing tipe tadi tidak ada yang benar & tidak ada yang salah. Semua punya kelebihan masing-masing. Nah situlah pesan yang ingin disampaikan pada training kemarin, bagaimana menciptakan harmoni antara orang-orang dari berbagai macam kuadran.

Kira-kira 1 bulan sebelum sesi training di Singapore, panitia mewajibkan saya untuk mengisi aplikasi online berupa sekumpulan kuisoner. Hasil dari kuisioner itulah yang kemudian diformulasikan menjadi HBDI profile saya (gambar di atas). Ajaibnya apa yang ditampilkan pada hasil tadi cukup tepat merepresentasikan siapa saya. Saya merasa dominan pada otak kiri sehingga tidak aneh bila ternyata saya cukup dominan pada kuadran biru & hijau. Dari mana saya tahu kalau hasil hasil HBDI tadi tepat? Setidaknya hal ini mungkin bisa jadi faktanya :

  • saya senang mendokumentasikan hal-hal teknis, membuat how-to document.
  • saya senang utak-atik komputer, mencoba belajar ini itu di komputer.
  • saya benci menghadiri meeting yang bertele-tele.
  • saya senang mengajar, ada kepuasan tersendiri bisa sharing ilmu dengan orang lain. Katanya orang yang gemar mengajar berada pada kuadran merah.
  • saya benar-benar ngantuk saat pimpinan bicara soal visi misi πŸ˜€

Lebih kurang seperti itu yang saya tangkap sebagai hasil mengikuti training HBDI.

2 thoughts on “HBDI

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.