Plat Nomor Cantik

Kalau di Jakarta baru ada heboh-heboh berita soal plat nomor cantik, di Wellington nomor plat cantik malah bisa dibeli secara legal. Dan pembelinya bisa mereka-reka sesuka hati. Misalnya plat nomor “2L GUY” ini :

IMG_0560

atau plat nomor “EYE CAR” ini :

IMG_0519

Unik kan? Kabarnya untuk mendapat plat nomor yang unik itu, pemilik mobil diharuskan membayar sekitar NZ$300/tahun. Nomor plat itu akan tetap melekat pada pemiliknya selama pemiliknya rutin membayar pajak tahunannya. Asiknya lagi, plat nomor ini bisa dipindahkan ke mobil lain bila si pemiliknya mengganti mobil.

Malaysia (part 1) – KLCC

Akhir November lalu saya berkesempatan mengunjungi Malaysia, ada project di Kuala Lumpur. Ini perjalanan dinas pertama dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, sejak 2009 saya tidak pernah pergi keluar Jakarta lagi untuk urusan pekerjaan. Di Kuala Lumpur saya menginap di Shangrila Hotel, review hotel mungkin di tulisan berikutnya. Ah jadi ingat masa-masa keliling Indonesia tahun 2008 lalu, saya cukup rajin membuat liputan perjalanan termasuk menulis review hotel-hotel yang saya tempati.

Kamar saya memiliki view yang cukup menarik, menara Petronas di KLCC terlihat (meskipun hanya 1 menara yang terlihat). Sore pertama saya di Kuala Lumpur, langit sedang bagus-bagusnya. Meskipun sore itu Kuala Lumpur diguyur hujan, langit birunya cantik sekali. Langsung ambil kamera untuk memotret. Hasilnya kurang lebih seperti ini :

Banyak fotografer menyebut foto seperti ini sebagai “blue hour“. Dulu waktu belajar fotografi Canon School of Photography, saya diajari guru saya (guru saya namanya Kumara Prasetya) tentang teknik pengambilan foto di saat blue hour. Saya masih ingat teorinya Pak Kumara seperti ini :

  1. Harus & wajib pakai tripod. Tripodnya harus yang kokoh, tidak boleh yang “dancing in the wind“, begitu Pak Kum menyebut tripod ringkih yang gampang goyang.
  2. Harus pakai spirit level, ini adalah tools untuk mengukur kemiringan (horizontal & vertikal). Foto pemandangan kota di senja hari harus “level”, supaya tidak ada gedung yang terlihat miring.
  3. Harus pakai cable release, ini katanya untuk mengeliminir getaran saat menekan tombol rana (shutter button).
  4. Waktu pemotretan itu setelah jam 6 sampai kira-kira pukul 6.30 sore. Kata Pak Kum, sebelum jam 6 langitnya masih terlalu terang & setelah jam 6.30 langit sudah terlalu gelap (gedung tidak nampak lagi dimensinya).
  5. Atur diagfragma (aperture) di seputar f/8 – f/16 untuk mendapat ruang tajam yang seluas-luasnya.
  6. Gunakan ISO terendah, misalnya ISO 100.
  7. Matikan fitur Image Stabilizer pada lensa.
  8. Karena kita disuruh menggunakan bukaan diagfragma yang relatif kecil & ISO yang rendah, maka konsekuensinya kecepatan buka rana (shutter speed) akan sangat lambat. Shutter speed-nya hampir di atas 1 detik. Menurut Pak Kumara, pemotretan dengan kecepatan di atas 1 detik itu disebut long exposure. Dengan kecepatan di atas 1 detik, tiupan angin bisa membuat foto jadi kabur. Balik lagi ke aturan nomor 1, tripodnya harus kokoh. Pokoknya yang kenal Pak Kumara pasti tahu mottonya Pak Kumara :  “tripod is a must, no tripod no photo”

Saya ingat betul semua teori itu, sayangnya beberapa hal tidak dapat saya penuhi sore itu di Malaysia. Pertama, saya tidak bawa tripod karena hilang tripod plate-nya. Kedua, karena tidak bawa tripod, saya juga tidak bawa cable release apalagi spirit level.

Tapi sangat amat sayang kalau momen “blue hour“nya lewat begitu saja. Akhirnya saya langgar banyak teorinya Pak Kumara. Saya tetap motret dengan hand held (kamera dipegang saja), menggunakan ISO tertinggi yang ada di kamera saya, ISO 1600. Walaupun saya tahu dengan ISO 1600 hasil fotonya tidak akan jernih, terlalu banyak (noise). Tapi lebih baik daripada tidak ada foto sama sekali. Lensa saya set di bukaan terbesar f/3.5 dengan fitur image stabilizer di posisi ON. Dengan pengaturan seperti itu, kamera menentukan kecepatan rana 1/8 detik. Kecepatan yang sangat rendah dan jaminan fotonya kabur (shake). Saya coba segala cara untuk minimalisir goyangan dengan tahan napas, menempelkan badan di jendela.

Meskipun saya langgar banyak ajarannya Pak Kumara, saya masih berusaha memenuhi aturan tentang kemiringan, saya perhatikan betul-betul supaya jangan sampai gedungnya terkesan miring. Kalau teman saya bilang : “you have to know the rule of the game and after that you can break it if you want.” Mudah-mudahan ini tidak dianggap sebagai excuse ;))

Photo Trip 2010

Tahun 2010 kemarin saya ikut 4 kali photo trip. Perjalanan pertama tanggal 8-9 January 2010 ke Ujung Genteng :


Perjalanan kedua tanggal 13-16 Maret 2010 ke Sawarna & Malingping (kira-kira 2 jam dari kawasan Pelabuhan Ratu) :


Perjalanan ketiga tanggal 24-26 September 2010 ke Pulau Belitung :


Perjalanan keempat tanggal 14-17 Oktober 2010 ke Pantai Papuma & Gunung Bromo Jawa Timur :


Dari keempat perjalanan tadi yang paling berkesan mungkin perjalanan ke Pulau Belitung. Berkesan mungkin karena di sana pemandangannya begitu indah & saya bisa punya beberapa foto bagus sepulang dari sana 😀 .


**Postingan iseng untuk mencoba
plugin Flickr Photo Album ;)) plugin yang bagus untuk menampilkan isi album foto-foto yang sudah diupload di Flickr **

My 27th Birthday

Sebenarnya cerita ini sudah terlalu basi untuk dituliskan…namun sayang kalau terlewatkan, sekadar untuk kenang-kenangan dan catatan saya saja. Bulan Desember tahun lalu (lebih kurang 1 bulan yang lalu) saya sedang ikut kursus fotografi di Canon School. Kelasnya berlangsung dari tanggal 7-19 Desember 2009. Tanggal 16 Desember merupakan pertemuan di kelas yang ke-7, hari itu bertepatan dengan hari ulang tahun saya. Hari Rabu kelas berlangsung seperti biasa, beberapa rekan sudah memberi ucapan selamat ulang tahun juga. Mungkin semua berawal dari Facebook sehingga beberapa orang rekan sudah tahu saya akan ulang tahun.

Tapi setelah break makan malam, saya dapat kejutan. Hari itu saya diberi kejutan pesta ulang tahun kecil-kecilan. Saya sedikit “dihalang-halangi” masuk ke kelas. Rupanya rekan-rekan sudah masuk di kelas duluan bersiap-siap memberi kejutan. Rekan-rekan sudah membelikan saya sebuah cake coklat lengkap dengan lilinnya. Sungguh sebuah kejutan pesta ulang tahun, saya tidak ingat kapan terakhir merayakan pesta ulang tahun.  Dasar rekan-rekan semuanya gemar potret-memotret, saya jadi subjek jepret-jepret mereka…berikut contohnya (saya disuruh menahan pose seperti sedang meniup lilin) 😀

Guru kami Pak Kumara Prasetya juga memberi saya hadiah ulang tahun, hadiah cukup unik & berkesan. Beliau menyanyikan lagu Happy Birthday dengan menggunakan harmonika. Walah saya tidak sempat bertanya apakah beliau tiap hari membawa harmonika atau tidak.

Terakhir kami semua foto bersama…

Thanks to Dini untuk kiriman foto-fotonya, semua foto ini diambil dengan menggunakan Canon EOS 5D-nya Dini. Thanks juga untuk Bu Melva (bendahara kelas) yang sudah mensponsori rekan-rekan urunan beli kue ulang tahun. Saya surprise (sekaligus terharu) karena beberapa hal : pertama saya jarang sekali menerima kejutan pesta ulang tahun, kedua saya berada di tengah-tengah komunitas baru tapi mereka memberi saya perhatian sebesar itu. Senang bisa bertemu & berkenalan dengan kalian semua rekan-rekan Canon School angkatan 125 😀

Tanggal 16 Desember itu saya sudah menerima 1 kejutan lain sebelum kejutan di Canon School. Selasa malam 15 Desember 2009 saya pergi bermain biliar di La Piazza Kelapa Gading bersama 2 rekan saya, Edi & Joni. Selesai biliar sekitar pukul 12 malama, kedua rekan saya mengajak kami pergi makan roti bakar. Saat sedang makan roti bakar ada seorang pengamen yang suaranya menurut saya bagus. Saya ingat malam itu dia datang ke meja kami dan menyanyikan lagunya Michael Buble “Save the last dance for me”. Pengamen yang baik, dia menyanyikan lagu dari awal sampai akhir, tidak seperti umumnya pengamen yang asal-asalan menyanyi. Selesai menyanyi saya beri dia uang. Tidak lama Edi pergi ke tempat penjual roti bakar, saya pikir dia akan membayar karena kami sudah hampir selesai makan. Tidak lama setelah Edi kembali ke meja, si pengamen yang sama balik lagi ke meja kami. Betapa kagetnya saya ternyata pengamen tadi balik lagi ke meja kami dan langsung menyanyikan lagu “Happy Birthday to you” :)) waduh-waduh…rupanya tadi Edi pergi bukan untuk membayar makanan tapi untuk memanggil si pengamen tadi. Kejutan yang luar biasa menyentak saya sampai mata saya berkaca-kaca ;)) Senang bercampur malu karena itu terjadi di tengah keramaian pengunjung roti bakar 😀

Thanks to Joni & Edi for accompanied me at my 2th birthday.

Mengintip Matahari Terbit di Cikaso

Jumat minggu lalu saya bersama beberapa rekan berangkat ke Cikaso (4 jam perjalanan dari Sukabumi). Rencananya kami akan memotret air terjun Curug Cikaso. Kami berkumpul di Ancol dengan Hailai, berangkat dari Ancol sekitar pukul setengah 9 malam. Waktu yang salah untuk berangkat ke luar Jakarta, tol Wiyoto Wiyono macet total. Butuh waktu lebih kurang 1 jam untuk sampai ke tol Jagorawi :(( Perjalanan ke Cikaso membutuhkan total 8 jam perjalanan, campur 3 kali tersasar. Rekan saya yang sudah pernah ke sana tidak bisa diandalkan jadi navigator, 3 kali dia tertidur sehingga kami memilih arah yang salah. Jalan yang ditempuh hampir separuhnya jalan biasa yang kecil, cukup 2 mobil yang bisa melintas bersamaan. Kelokan tidak berhenti sampai ke Cikaso. Saya duduk di jok belakang Ford Everest milik rekan saya. Jok belakang yang sempit, kaki saya terpaksa harus ditekuk sepanjang perjalanan. Tidak hanya menekuk kaki, tapi juga bertahan dari guncangan-guncangan hebat selama melintas jalan yang rusak.

Kami tiba di Cikaso sekitar pukul 5 pagi. Rasa lelah cukup terobati dengan sambutan fajar pagi yang indah. Berikut satu di antara beberapa foto sunrise Sabtu pagi kemarin :

Foto diambil dari depan teras samping rumah kenalan rekan saya. Badan lelah dan mata mengantuk masih bisa saya tahan untuk mengambil foto-foto matahari terbit ini.