Malaysia Digugat

Beberapa hari ini ramai berita soal aksi penolakan warga Indonesia (sebenarnya sih cuma beberapa orang di Jakarta & daerah) terhadap Malaysia. Awal ribut-ribut ini adalah kasus pemukulan ketua wasit karate dari kontingen Indonesia, Donald Pieter Luther Kolopita, oleh beberapa oknum polisi Malaysia.

Memang apa yang dialami Donald sungguh memprihatinkan. Dia ditangkap dan dipukuli oleh beberapa aparat polisi Malaysia karena dicurigai sebagai pendatang ilegal. Matanya mengalami kerusakan cukup serius, telinganya mengalami gangguan pendengaran, kakinya dipatahkan, bahkan alat kelaminnya pun tidak luput dihajar. Pertama mendengar berita ini di Metro TV beberapa hari yang lalu, Donald sempat menuturkan kalau dirinya memang mengadakan perlawanan terlebih dulu kepada beberapa aparat polisi yang menangkapnya. Donald menceritakan refleks dirinya sebagai seorang karateka keluar, alhasil seorang polisi Malaysia pun kena tendangannya. Itulah awal keributan yang terjadi, Donald dikeroyok dan tanpa ampun dihajar habis.

Saya sendiri kasihan melihat sang wasit ini. Niatnya mengikuti kejuaran karate di Malaysia malah berakhir tragis. Kontingen Indonesia pun kabarnya menarik semua atlitnya dari kejuaran sebagai salah satu langkah protes kepada Malaysia.

Pertama kali mendengar berita ini saya langsung berpikir, wah bentar lagi pasti Jakarta direpotkan dengan aksi demo di Kedubes Malaysia. Eh benar saja, kemarin di Detik.com diberitakan puluhan orang berseragam karate mendemo Kedubes Malaysia di bilangan Kuningan Jakarta.

Dua hari yang lalu, pihak Malaysia menyatakan tidak akan meminta maaf kepada Indonesia berkaitan dengan kekerasan yang dialami Donald. Pernyataan ini disampaikan Mentri Luar Negeri Malaysia ketika datang bertemu Presiden SBY di Jakarta. Malaysia beranggapan kasus ini murni akibat ulah oknum kepolisian Malaysia saja, tidak ada kaitannya dengan hubungan bilateral kedua negara. Malaysia pun menjanjikan akan menindak tegas semua oknum yang terlibat aksi kekerasan ini sesuai undang-undang yang berlaku di negaranya. Inilah yang menambah panasnya aksi penolakan terhadap Malaysia beberapa hari ini.

Sebenarnya poin dari tulisan ini bukan yang sudah saya tulis di atas. Sebenarnya saya sendiri hanya ingin beropini tentang ribut-ribut yang terjadi di dalam negeri berkaitan dengan insiden pemukulan wasit ini. Saya setuju kalau dikatakan bahwa insiden ini berhubungan dengan martabat bangsa dan negara. Pemerintah seharusnya bisa mengambil langkah tegas yang akan dilihat rakyatnya sebagai upaya mempertahankan martabat bangsa.

Yang ingin saya komentari adalah aksi-aksi demo penolakan Malaysia yang terjadi beberapa hari terakhir. Semua orang yang berdemo sepertinya begitu ingin ambil bagian dalam ribut-ribut mengecam insiden kekerasan ini. Rasa satu bangsa dengan Donald sepertinya menjadi adrenalin yang memicu demo (bahkan kabarnya aksi sweeping terhadap warga Malaysia di Indonesia).

Satu yang di dalam pikiran saya : kenapa sedikit sekali (tidak ada) demo besar-besaran menuntut pemerintah, menuntut pemilik Lapindo yang telah menyiksa ratusan korban kasus lumpur Lapindo. Korban lumpur Lapindo sudah 1 tahun mengalami “penyiksaan”, kok tidak ada yang berani berdemo kepada pemerintah? Mungkin saya tidak tahu kalau ada yang sudah berdemo demi memperjuangkan korban Lapindo, tapi kok gaungnya tidak senyaring demo menolak Malaysia belakangan ini? Yang ada para korban sendiri yang berdemo gila-gilaan, meski hasilnya belum jelas. Coba kalau tenaga untuk mendemo Malaysia itu disalurkan untuk mendemo pemerintah dan Lapindo, saya rasa akan lebih masuk akal dan lebih bermanfaat.

Ah memang banyak sekali orang yang senang dengan yang namanya sensasi. Hubungan dengan bangsa lain diurusi, anak bangsa sendiri melarat, kelaparan, tak punya tempat tinggal, sedikit yang mau bersuara. Hal-hal yang seharusnya bisa dijadikan alasan logis untuk mendemo pemerintah malah tidak pernah disentuh, hal-hal yang sensasional yang tidak ada hubungan langsungnya dengan rakyat malah diributkan.

Rebutan papais kosong ceuk Sundana mah (terjemahannya : rebutan pepesan kosong)

Update : ribut-ribut soal Malaysia berlanjut dengan pernyataan minta maaf dari Perdana Mentri Malaysia kepada Presiden SBY, begitu beritanya di Detik.com .

Reset Password Ubuntu

Gara-gara menulis postingan sebelumnya ini , saya iseng mencoba hal yang sama dengan Ubuntu saya. Saya hapus string yang sama (plus string yang ada di account “tedy”) pada /etc/shadow yang ada di Ubuntu saya. Lalu saya restart PC dan walah….saya tidak bisa login sama-sekali #-o .

Segera saya booting PC dengan ZenLive Linux supaya bisa mencari di internet cara mengembalikan password pada Ubuntu Linux. Ketemu sumber yang tepat di sini. Langkah-langkah yang tadi saya lakukan untuk me-reset password di Ubuntu adalah :

  1. Restart PC, masuk ke menu GRUB dengan menggunakan tombol Esc.
  2. Pada tampilan menu GRUB, edit bagian kernel dengan menambahkan init=/bin/sh
    Untuk mengedit baris kernel ini, cukup tekan “e”. Setelah baris di atas disisipkan tekan “b” untuk memulai proses booting.
  3. Dengan langkah di atas, Ubuntu akan masuk langsung ke terminal tanpa menampilkan jendela login. Kemudian saya menjalankan perintah :
    # mount / -o remount,rw
    Perintah ini melakukan mounting ulang pada partisi root.
  4. Untuk mengganti password root (maupun password account “tedy”), saya menggunakan perintah passwd.
  5. Saya jalankan lagi perintah pada nomor 3.
  6. Berikutnya saya menjalankan perintah sync lalu merestart PC saya dengan perintah reboot.

Ah sukses deh balik lagi masuk ke dalam Ubuntu 😀 .

Menghapus Password Root Solaris 10

Satu hal lain yang saya pelajari minggu ini, cara menghapus password root di Solaris 10. Saya mencobanya di server Fujitsu Primepower 450. Berikut langkah-langkahnya :

  1. Di Primepower 450 mula-mula saya merestart server dengan perintah berikut :
    # shutdown -g0 -y -i6
  2. Saat proses POST (power on self test) selesai tekan tombol Stop-A. Sistem akan masuk ke OBP (open boot prompt).
  3. Boot server dari DVD instalasi Solaris 10 for SPARC dengan perintah berikut :
    ok> boot cdrom -sw
    Perintah ini akan membuat server melakukan proses booting dari DVD instalasi Solaris.
  4. Mount slice yang dijadikan sebagai root ke dalam direktori perintah seperti ini :
    # mount /dev/dsk/c0t0d0s0 /a
  5. Buka file /a/etc/shadow dengan menggunakan vi. Hapus string yang ada di antara tanda ” :” persis di samping root, seperti ini :
    root : oooooo : xxxxx : xxxxx
    Pada contoh di atas hapus baris oooooo.
  6. Reboot server dengan menggunakan perintah berikut ini :
    # shutdown -g0 -y -i6
  7. Saat muncul ok prompt ketik perintah berikut :
    ok> boot
    Sistem akan melanjutkan booting seperti biasa (langsung dari system disk-nya).
  8. Setelah Solaris siap digunakan, segera login dengan username root tanpa menggunakan password. Ganti password root dengan perintah ini :
    # passwd root

Eh ternyata sudah ada yang pernah menulis hal ini di sini. ;))

Ramai Penculikan Anak

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemarin mengadakan jumpa pers di Istana Negara. Ada yang spesial dengan jumpa pers kali ini. Jumpa pers kali ini dipicu adanya penculikan anak seorang pengusaha Ali Said (Ketua II Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia). Sudah beberapa hari ini berita penculikan Raisya mengisi berita di televisi maupun media berita internet. Si bocah diculik sepulang sekolah. Entah apa motif penculikannya.

Raisya Ali, bocah 5 tahun yang diculik lebih dari seminggu yang lalu ini rupanya menarik perhatian Presiden kita. Tebar pesona kah? Atau memang wujud kepedulian seorang pemimpin kepada rakyatnya? Tapi kok baru sekarang ya? Rasa-rasanya ini bukan kali pertama terjadi penculikan anak di Jakarta, atau mungkin karena yang kali ini adalah anak pengusaha? Lain SBY lain pula Jusuf Kalla, Wapres kita ini mengomentari penculikan anak adalah meniru film-film Amerika…hah masa sih? Aya-aya wae :))

Detik.com bahkan memberitakan Gubernur Sutiyoso ikut buka suara soal penculikan anak ini. Sutiyoso minta aparat Pemda DKI dari walikota sampai RT untuk membantu secara aktif mencari korban penculikan ini. Katanya juga Gubernur DKI terpilih Fauzi Bowo juga menghimbau orang tua meningkatkan pengawasan pada anak-anaknya. Memang beda kalau orang terkenal yang “punya hajat”, semuanya jadi lancar 😀 Maaf bukan mau tertawa di atas kesulitan orang lain, saya hanya mengomentari tingkah polah para petinggi negri ini.

Mudah-mudahan kasus penculikan ini cepat selesai dengan baik, kasihan juga orang tuanya.

Update : siang ini katanya Raisya sudah ditemukan 😀

Roy Suryo & Supersemar

Pagi ini saya senyum-senyum sendiri menonton berita di ANTV. Roy Suryo diberitakan tampil lagi membeberkan bukti sejarah. Dalam sebuah acara di Solo, RS mengungkapkan bahwa Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) bukan merupakan perintah pemindahahan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada LetJend Soeharto. Dalam upaya pembuktiannya RS memperdengarkan rekaman suara pidato Pres. Soekarno. Rekaman pidato tersebut berisi pernyataan tegas bahwa Supersemar adalah surat perintah untuk mengamankan negara — bukan mengambil alih kekuasaaan.

Sensasi lain dari RS? Kita tunggu saja ;))